RubrikNews.com, BENGKULU UTARA – Dian Novita, selaku Dosen Unras sejak tahun 2005, mengatakan, pihak Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah II Palembang menyayangkan polemik yang terjadi di Universitas Ratu Samban (Unras) Argamakmur. Pasalnya, dari polemik dualisme kepengurusan yayasan yang terindikasi adanya kepentingan politik ini, sampai-sampai mengorbankan akademik mahasiswa Unras.
Pengakuan dosen yang sudah mengalami kepemimpinan tiga kali rektor di Unras ini menjelaskan, bahwa yang ia ketahui selama ini yayasan yang menaungi Unras hanya satu dan selama ini tidak pernah ada masalah. Baru kinilah ia sangat prihatin dengan kondisi Unras sampai-sampai mengorbankan kepentingan mahasiswa yang tidak tahu apa-apa.
“Berbeda pendapat dalam lembaga universitas itu hal yang biasa. Tapi, kalau polemik di yayasan yang menaungi Unras ini baru pertama kali terjadi. Yang sangat disayangkan lagi, kenapa harus mengorbankan Unras untuk hal-hal yang katanya demi pendidikan di Unras”, kata Dian.
Dian menambahkan, sejak ia mengabdi di Unras, tentunya dia tahu persis bagaimana sepak terjang kepemimpinan masing-masing dari tiga rektor yang sudah memimpin Unras. Namun, ketika pihak yayasan mengangkat Sugeng Suharto menjadi Rektor Unras waktu itu, ia sangat menyayangkan dan bahkan sempat diprotesnya.
Dian juga mengaku, bahwa ketika penunjukkan Sugeng Suharto sebagai Rektor Unras, selaku Dekan kala itu Dian tidak pernah merekomendasikan Sugeng Suharto sebagai rektor.
“Tentunya saya menyesalkan keputusan yayasan yang mengangkat Sugeng Suharto menjadi Rektor kala itu karena tanpa melalui mekanisme yang benar. Protes saya pun tidak didengar. Ditambah lagi dengan kekuasaannya sebagai rektor yang menunjukkan sikap arogan, saya justru diminta mengundurkan diri dari jabatan sebagai Dekan”, akunya.
Selain itu, sambung Dian, pemaksaan harus mundur tidak hanya diperlakukan kepada dirinya, namun juga orang-orang yang telah mengabdikan diri demi memajukan Unras juga ikut dipaksa untuk mundur. Sebagai rektor, sambung Dian, setiap kali mengambil keputusan atau kebijakan, Sugeng tidak melakukan musyawarah terlebih dahulu.
“Hukum karma berlaku. Akhirnya yayasan yang mengangkat dia (Sugeng Suharto), juga memaksanya untuk mundur dari jabatan rektor. Ini setelah melihat kondisi Unras dukungan dari pengabdi Unras yang dipaksa mundur, semakin menurun. Saya berharap semua aturan harus dikembalikan lagi seperti dulu. Yang mana status statuta harus diterapkan”, tambah Dian.
Terpisah, Sugeng Suharto menuturkan, bahwa ia ditunjuk untuk menjadi Rektor Unras oleh Yayasan Ratu Samban Argamakmur (YRSA) yang diketuai Syafrianto Daud supaya bisa memajukan Unras dan tidak terpuruk seperti saat ini. Terlebih, terkait anggaran dari Pemkab Bengkulu Utara yang akan dicairkan, hanya bisa dicairkan jika Unras tetap menjadikan ia sebagai rektor.
“Saya dipercaya oleh 5 Dewan Pendiri (yayasan) dan juga dipercaya Pemda untuk memimpin Unras supaya dana beasiswa Unras dapat dikucurkan segera”, singkatnya.